Obama Diharapkan Memimpin Dunia Atasi Perubahan Iklim

PARIS, MINGGU - Iklim bumi tampaknya berubah lebih cepat dari yang diperkirakan sebelumnya. Laporan itu disampaikan sejumlah ilmuwan menjelang diselenggarakannya Konferensi Perserikatan Bangsa-Bangsa mengenai Perubahan Iklim di Poznan, Polandia, mulai Senin (1/12) ini hingga 12 Desember.


Bukti-bukti yang diterbitkan sejak laporan Panel Antarpemerintah untuk Perubahan Iklim (IPCC) bulan Februari 2007 menunjukkan, pemanasan global mendatang tidak hanya didorong hal-hal yang bisa dikendalikan manusia, seperti penggunaan bahan bakar fosil atau hutan.

Dari studi terbaru, tanpa faktor pendorong lain jika emisi tak dikendalikan, laju emisi gas rumah kaca akan mengakibatkan kekeringan, banjir, penderitaan manusia hingga akhir abad. Perusakan alam yang prosesnya tak bisa berbalik akan tingkatkan suhu.

Selain itu, lapisan es Arktik juga mencair dengan cepat. "Dalam beberapa tahun terakhir, Laut Arktik mencapai rekor terendah di musim panas, yang membuat banyak orang sangat, sangat khawatir," kata Robert Watson, Penasihat Ilmiah Utara bagi Departemen Urusan Lingkungan Hidup Inggris dan ketua penilaian IPCC tahun 2001.

"Kami tahu Arktik akan pertama merespons," kata Mark Serreze dari Pusat Data Salju dan Es Nasional AS di Boulder, Colorado. "Yang membingungkan, perubahan-perubahan itu terjadi lebih cepat dari perkiraan semula."

Kata ahli iklim James Hansen, Ketua Lembaga Goddard untuk Kajian Ruang Angkasa, di New York, "Naiknya permukaan laut akan membuat kota-kota pesisir dan delta pertanian di Banglades, Mesir, dan China selatan berada di bawah air, membuat ratusan juta orang mengungsi."

Forum Konvensi Kerangka Kerja PBB tentang Perubahan Iklim (UNFCCC) 1-12 Desember adalah batu loncatan untuk pakta baru--pasca-Protokol Kyoto yang berakhir 2012--yang akan diputuskan di Copenhagen tahun 2009--untuk mengurangi emisi dan mendorong dana adaptasi.

Faktor Obama

Meski Obama tak akan hadir di Poznan, AS dinilai berkeinginan merebut kepemimpinan global dalam menghadapi pemanasan global. "AS telah kembali," ujar Senator John Kerry. Selama ini AS tak turut tanda tangani Protokol Kyoto dan tidak mendukung setiap upaya internasional untuk atasi pemanasan global.

Delegasi hampir 190 negara bertemu di Poznan untuk mengompromikan hal yang menurut pejabat PBB merupakan negosiasi tersulit dan paling kompleks sepanjang sejarah.

Peserta konferensi yakin terpilihnya Obama sebagai Presiden AS akan memberi energi baru pada proses negosiasi yang selama ini terkesan mandek. Meski demikian, menurut seorang pengamat, "Tanpa AS dan China, sama saja tidak ada kesepakatan."

0 komentar:

Posting Komentar